BERDIRINYA KERAJAAN KEDIRI
Pada tahun 1019 M Airlangga dinobatkan menjadi
raja Medang Kamulan. Berkat jerih payahnya
, Medang Kamulan mencapai kejayaan dan kemakmuran. Menjelang akhir hayatnya , Airlangga memutuskan untuk mundur dari pemerintahan dan menjadi pertapa dengan sebutan Resi Gentayu. Airlangga meninggal pada tahun 1049 M.
, Medang Kamulan mencapai kejayaan dan kemakmuran. Menjelang akhir hayatnya , Airlangga memutuskan untuk mundur dari pemerintahan dan menjadi pertapa dengan sebutan Resi Gentayu. Airlangga meninggal pada tahun 1049 M.
Pewaris tahta kerajaan Medang Kamulan
seharusnya seorang putri yaitu Sri Sanggramawijaya yang lahir dari
seorang permaisuri. Namun karena memilih menjadi pertapa, tahta beralih pada
putra Airlangga yang lahir dari selir. Pada akhir November 1042, Airlangga
terpaksa membelah wilayah kerajaannya karena kedua putranya bersaing
memperebutkan takhta. Putra yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan
kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha.
Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan
timur bernama Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan. Pada
awalnya perang saudara tersebut, dimenangkan oleh Jenggala tetapi pada
perkembangan selanjutnya Panjalu/Kediri yang memenangkan peperangan dan
menguasai seluruh tahta Airlangga. Dengan demikian di Jawa Timur berdirilah
kerajaan Kediri dimana bukti-bukti yang menjelaskan kerajaan tersebut.
Perkembangan Kerajaan Kediri
Dalam perkembangannya Kerajaan Kediri yang
beribukota Daha tumbuh menjadi besar, sedangkan Kerajaan Jenggala semakin
tenggelam. Diduga Kerajaan Jenggala ditaklukkan oleh Kediri. Akan tetapi
hilangnya jejak Jenggala mungkin juga disebabkan oleh tidak adanya prasasti
yang ditinggalkan atau belum ditemukannya prasasti yang ditinggalkan Kerajaan
Jenggala. Kejayaan Kerajaan Kediri sempat jatuh ketika Raja Kertajaya
(1185-1222) berselisih dengan golongan pendeta. Keadaan ini dimanfaatkan oleh
Awuku Tumapel Tunggul Ametung.
Namun kemudian kedudukannya direbut oleh Ken
Arok. Diatas bekas Kerajaan Kediri inilah Ken Arok kemudian mendirikan Kerajaan
Singasari, dan Kediri berada di bawah kekuasaan Singasari. Ketika Singasari berada
di bawah pemerintahan Kertanegara (1268 – 1292), terjadilah pergolakan di dalam
kerajaan. Jayakatwang, raja Kediri yang selama ini tunduk kepada Singasari
bergabung dengan Bupati Sumenep (Madura) untuk menjatuhkan Kertanegara.
Akhirnya pada tahun 1292 Jayakatwang berhasil mengalahkan Kertanegara dan
membangun kembali kejayaan Kerajaan Kediri.
Perkembangan Politik
Mapanji Garasakan memerintah tidak lama. Ia
digantikan Raja Mapanji Alanjung (1052 – 1059 M). Mapanji Alanjung kemudian
diganti lagi oleh Sri Maharaja Samarotsaha. Pertempuran yang terus menerus
antara Jenggala dan Panjalu menyebabkan selama 60 tahun tidak ada berita yang
jelas mengenai kedua kerajaan tersebut hingga munculnya nama Raja Bameswara
(1116 – 1135 M) dari Kediri.
Pada masa itu ibu kota Panjalu telah
dipindahkan dari Daha ke Kediri sehingga kerajaan ini lebih dikenal dengan nama
Kerajaan Kediri. Raja Bameswara menggunakan lencana kerajaan berupa tengkorak
bertaring di atas bulan sabit yang biasa disebut Candrakapala. Setelah
Bameswara turun takhta, ia digantikan Jayabaya yang dalam masa pemerintahannya
itu berhasil mengalahkan Jenggala.
Perkembangan Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kediri cukup baik
karena kesejahteraan rakyat meningkat masyarakat hidup tenang, hal ini terlihat
dari rumah-rumah rakyatnya yang baik, bersih, dan rapi, dan berlantai ubin yang
berwarna kuning, dan hijau serta orang-orang Kediri telah memakai kain sampai
di bawah lutut. Dengan kehidupan masyarakatnya yang aman dan damai maka seni
dapat berkembang antara lain kesusastraan yang paling maju adalah seni sastra.
Hal ini terlihat dari banyaknya hasil sastra yang dapat Anda ketahui sampai
sekarang.
Hasil sastra tersebut, selain seperti yang
telah dijelaskan pada uraian materi sebelumnya juga masih banyak kitab sastra
yang lain yaitu seperti kitab Hariwangsa dan Gatotkacasraya yang ditulis Mpu
Panuluh pada masa Jayabaya, kitab Simaradahana karya Mpu Darmaja, kitab Lubdaka
dan Wertasancaya karya Mpu Tan Akung, kitab Kresnayana karya Mpu Triguna dan
kitab Sumanasantaka karya Mpu Monaguna. Semuanya itu dihasilkan pada masa
pemerintahan Kameswara.
Perkembangan Ekonomi
Perekonomian Kediri bersumber atas usaha
perdagangan, peternakan, dan pertanian. Kediri terkenal sebagai penghasil
beras, kapas dan ulat sutra. Dengan demikian dipandang dari aspek ekonomi,
kerajaan Kediri cukup makmur. Hal ini terlihat dari kemampuan kerajaan
memberikan penghasilan tetap kepada para pegawainya dibayar dengan hasil bumi.
Keterangan ini diperoleh berdasarkan kitab Chi-Fan-Chi dan kitab Ling-wai-tai-ta.
Raja – raja pada masa kerajaan Kediri
1. Shri
Jayawarsa Digjaya Shastraprabhu
2. Kameshwara
3. Jayabaya
4. Prabu
Sarwaswera
5. Prabu
Kroncharyadipa
6. Srengga
Kertajaya
7. Kertajaya
Golongan-golongan Dalam Masyarakat Kediri
1. Golongan masyarakat pusat (kerajaan)
yaitu masyarakat yang
terdapat dalam lingkungan raja dan beberapa kaum kerabatnya serta
kelompok pelayannya.
2. Golongan masyarakat thani (daerah)
yaitu golongan
masyarakat yang terdiri atas para pejabat atau petugas pemerintahan di wilayah
thani (daerah).
3. Golongan masyarakat non pemerintah
yaitu golongan
masyarakat yang tidak mempunyai kedudukan dan hubungan dengan pemerintah secara
resmi atau masyarakat wiraswasta. Kediri memiliki 300 lebih pejabat yang
bertugas mengurus dan mencatat semua penghasilan kerajaan. Di samping itu, ada
1.000 pegawai rendahan yang bertugas mengurusi benteng dan parit kota,
perbendaharaan kerajaan, dan gedung persediaan makanan.
Pasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Kediri
1. Prasasti Banjaran
2. Prasasti Hantang
3. Prasasti Jepun
4. Candi Penataran
5. Arca Buddha Vajrasattva
6. Prasasti Kamulan
7. Prasasti Jaring
8. Candi Tuban
9. Prasasti Panumbangan
10. Prasasti Talan
1. Prasasti Banjaran
Yang berangka tahun 1052 M menjelaskan
kemenangan Panjalu atau Kadiri atas Jenggala
2. Prasasti Hantang
Tahun 1135 atau 1052 M menjelaskan Panjalu atau
Kadiri pada masa Raja Jayabaya.Pada prasasti ini terdapat semboyan Panjalu
Jayati yang artinya Kadiri Menang.Prasasti ini di keluarkan sebagai piagam
pengesahan anugerah untuk penduduk Desa Ngantang yang setia pada Kadiri selama
perang dengan Jenggala.Dan dari Prasasti tersebut dapat di ketahui kalau Raja
Jayabhaya adalah raja yang berhasil mengalahkan Janggala dan mempersatukannya
kembali dengan Kadiri.
3. Prasasti Jepun
1144 M
Merupakan peninggalan sejarah Sri Jayabhaya
4. Candi Penataran
Candi termegah dan terluas di Jawa Timur ini
terletak di lereng barat daya Gunung Kelud, di sebelah utara Blitar, pada ketinggian
450 meter dpl. Dari prasasti yang tersimpan di bagian candi diperkirakan candi
ini dibangun pada masa Raja Srengga dari Kerajaan Kediri sekitar tahun 1200
Masehi dan berlanjut digunakan sampai masa pemerintahan Wikramawardhana, Raja
Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1415.
5. Arca Buddha Vajrasattva
Arca Buddha Vajrasattva ini berasal dari zaman
Kerajaan Kediri (abad X/XI). Dan sekarang merupakan Koleksi Museum für Indische
Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman.
6. Prasasti Kamulan
Prasasti Kamulan ini berada di Desa Kamulan,
Trenggalek, Jawa Timur. Prasasti ini dibuat dan dikeluarkan pada masa
pemerintahan Raja Kertajaya, pada tahun 1194 Masehi, atau 1116 Caka. Melalui
prasasti ini disebutkan bahwa hari jadi dari Kabupaten Trenggalek sendiri
tepatnya pada hari Rabu Kliwon, tanggal 31 Agustus 1194.
7. Prasasti Jaring
Prasasti Jaring yang bertanggal 19 November
1181. Isinya berupa pengabulan permohonan penduduk desa Jaring melalui Senapati
Sarwajala tentang anugerah raja sebelumnya yang belum terwujud.Dalam prasasti
tersebut diketahui adanya nama-nama hewan untuk pertama kalinya dipakai sebagai
nama depan para pejabat Kadiri, misalnya Menjangan Puguh, Lembu Agra, dan Macan
Kuning.
8. Candi Tuban
Massa pun beralih ke Candi Tuban, dinamakan
demikian karena candi ini terletak di Dukuh Tuban, Desa Domasan, Kecamatan
Kalidawir, Kabupaten Tulungagung. Candi ini terletak sekitar 500 meter dari
Candi Mirigambar. Candi Tuban sendiri hanya tersisa kaki candinya. Setelah
dirusak, candi ini dipendam dan kini diatas candi telah berdiri kandang
kambing, ayam dan bebek.
9. Candi Panumbangan
Pada tanggal 2 Agustus 1120 Maharaja Bameswara
mengeluarkan prasasti Panumbangan tentang permohonan penduduk desa Panumbangan
agar piagam mereka yang tertulis di atas daun lontar ditulis ulang di atas
batu. Prasasti tersebut berisi penetapan desa Panumbangan sebagai sima
swatantra oleh raja sebelumnya yang dimakamkan di Gajapada. Raja sebelumnya
yang dimaksud dalam prasasti ini diperkirakan adalah Sri Jayawarsa.
10. Prasasti Talan
Prasasti Talan/ Munggut terletak di Dusun
Gurit, Kabupaten Blitar. Prasasti ini berangka tahun 1058 Saka (1136 Masehi).
Cap prasasti ini adalah berbentuk Garudhamukalancana pada bagian atas prasasti
dalam bentuk badan manusia dengan kepala burung garuda serta bersayap. Isi
prasasti ini berkenaan dengan anugerah sima kepada Desa Talan yang masuk
wilayah Panumbangan memperlihatkan prasasti diatas daun lontar dengan cap
kerajaan Garudamukha yang telah mereka terima dari Bhatara Guru pada tahun 961
Saka (27 Januari 1040 Masehi) dan menetapkan Desa Talan sewilayahnya sebagai
sima yang bebas dari kewajiban iuran pajak sehingga mereka memohon agar
prasasti tersebut dipindahkan diatas batu dengan cap kerajaan Narasingha.
Raja Jayabhaya mengabulkan permintaan warga
Talan karena kesetiaan yang amat sangat terhadap raja dan menambah anugerah berupa
berbagai macam hak istimewa.
Karya sastra peninggalan Kerajaan Kediri
a. Kakawin Bharatayudha yang ditulis
oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh. Isinya memperingati kemenangan Janggala atas
Panjalu semasa raja Jayabaya.
b. Kitab Kresnayana karangan Empu
Triguna Isinya menceritakan riwayat Kresna. Ia dikenal sebagai seorang anak
yang nakal, tetapi sangat dikasihani oleh setiap orang karena ia suka menolong.
Selain itu, ia mempunyai kesaktian yang luar biasa. Setelah dewasa ia kawin
dengan Dewi Rukmini.
c. Kitab Sumarasantaka karangan Empu
Monaguna Isinya menceritakan bidadari Harini yang kena kutuk kemudian menjelma
menjadi seorang putri. Ketika masa kutukannya habis, ia kembali lagi ke
kahyangan.
d. Kitab Hariwangsa dan Gatotkacasraya
ditulis oleh Empu Panuluh Isinya, menceritakan tentang perkawinan antara Kresna
dengan Dewi Rukmini.
e. Kitab Smaradhahana, karya Empu
Dharmaja
f.
Kitab
Lubdaka dan Kitab Wrtasancaya, karya Empu Tan Akung.
Runtuhnya Kerajaan Kediri
Runtuhnya kerajaan Kediri dikarenakan pada masa
pemerintahan Kertajaya , terjadi pertentangan dengan kaum Brahmana. Mereka
menggangap Kertajaya telah melanggar agama dan memaksa meyembahnya sebagai
dewa. Kemudian kaum Brahmana meminta perlindungan Ken Arok , akuwu Tumapel. Perseteruan
memuncak menjadi pertempuran di desa Ganter, pada tahun 1222 M. Dalam
pertempuarn itu Ken Arok dapat mengalahkan Kertajaya, pada masa itu menandai
berakhirnya kerajaan Kediri.
Setelah Ken Arok mengalahkan Kertajaya, Kadiri
menjadi suatu wilayah dibawah kekuasaan Singhasari.